“Deva, kamu ngapain di sini? Hari sudah malam, angin pun bertiup kencang. Pasti Bundamu khawatir kalau kamu telat pulang” Ucap Stefy sahabat Deva yang baru saja mendatanginya
“Hhmm, aku malas di rumah. Aku ingin di sini. Disinilah aku dan ayahku memancing ikan” Jawab Deva
“Seandainya Ayahku masih hidup? Aku tidak akan sesedih ini, Stef” Sambung Deva lagi dengan wajah cemberut
“Yah, sebaiknya kamu pulang, nanti kamu sakit, kalau kamu sakit. Siapa yang rawat? Kan, kasihan Bunda kamu, sudah capek mengurusmu” Ucapnya lagi
“Iyah, yah. Makasih, stef. Kamu udah ingetin aku. Kalau Bundaku pasti capek dan khawatir” Ucap Deva
“Iyah, sama-sama” Ucap Stefy
“Yah, sudah. Aku pulang yahh! Dahh bye” Ucap Deva dan berlalu pergi
“Bye!” Sahut Stefy
Deva pun pulang ke rumah. Tampaknya, wajah Deva sudah kelihatan pucat.
@Home
“Pasti, kamu dari pantai, yah?” Tanya Devan kakak Deva
“Iyah, kak” Jawab Deva
“Kan, Kakak bilang jangan terlalu lama di pantai. Nih, kamu udah pucat” Ucap Devan dengan marah-marah
“Iyah, kak. Maaf” Sesal Deva
“Yah, sudah. Nih, ambil kertas yang ada di tangan kakak” Ucap Devan sambil memberi selembar kertas
“Ini apa, kak?” Tanya Deva
“Itu, brosur lomba Pop Singer. Ikuti saja lomba tersebut. Siapa tahu, kamu menang” Jelas Devan
“Tapi, kak. Suara Deva jelek. Deva pun gak bisa bernyanyi” Ucap Deva
“Never Say I Can’t, Okey. Deva, Kakak yakin kamu bisa” Ucap Devan
“Deva sayang, kamu bisa. Bunda ingin lihat kalau kamu bisa menjadi juara 1. Buat Bunda bangga, sayang” Ucap Bunda Deva yang mendatangi Deva dan Devan
“Deva, mau ikuti lomba itu, Mah, kak. Tapi, Deva mau minta pendapat dari sahabat Deva dulu” Ucap Deva
“Baiklah, dek. Nanti besok kakak belum daftarkan kamu, tetapi nanti lusa” Ucap Devan
“Makasih, kak” Ucap Deva
“Iyah, Adek ku sayang” Ucap Devan dengan senyuman
Esok harinya… Sinar fajar mulai merasuk masuk ke kamar Deva yang semula gelap menjadi terang. Pagi-pagi sekali Deva sudah bangun dan telah bersiap untuk berangkat ke sekolahnya. Hari ini cuaca sangat bersahabat sama apa yang di rasakan Deva. Ia kelihatan beda hari ini, Deva sangat bersemangat ingin memberitahu tentang Lomba Pop Singer itu kepada sahabatnya. Meskipun begitu, di hati Deva juga ada keraguan.
@School
“Assalamu alaikum. Hey, teman-teman.. Pagi!!” Sapa Deva kepada kedua sahabatnya Stefy dan Fendi
“Wa alaikum salam, Pagi juga?” Jawab Fendi
“Pagi juga!!?” Jawab Stefy
“Chyee, Deva tumben pagi gini kamu sangat bersemangat?” Tanya Stefy
“Iyah, Dev. Ada apa gerangan?” Sambung Fendi
“Gini, nih. Aku mau minta pendapat, kalian. Kalau aku ikut lomba Pop Singer di Festival Teluk Palu, Bagaimana?” Tanya Deva
“Wah, Good!! Ikuti saja, Dev. Siapa tau kamu menang!” Ucap Stefy
“Aku sependapat dengan Stefy. Ikut saja, Dev” Ucap Fendi
“Tapi, aku gak pede untuk ikutin Lomba, itu. Suara aku itu.. kayak gimana, yahh?! Jelek” Ucap Deva
“Jangan ngomong, gitu. Suara kamu bagus, Dev. Yah, Cuma perlu tag vokal sedikit aja. Percaya Diri, Dev!” Ucap Fendi menyemangati
“Baru sadar kalau suara kamu jelek” Ledek Clara yang baru saja tiba
“Apa-apa’an, sih, Clar. Gak ada kabel langsung nyambung-nyambung.. Huufft Kepo!” Ucap Stefy
“Emang kenyataan, kok. Kalau suara Deva jelek! Iyah, kan?” Ucap Clara sambil mencibir
“Bener banget!!! Nget, nget, nget” Sambung Novi dan Nia teman Clara
“Alay kalian semua!!” Ucap Stefy
“Sudah-sudah, kalian gak usah berkelahi. Gak ada gunanya, tau” Ucap Fendi
“Bukan gitu, Fen. Aku Cuma mau bela Deva, kok” Cegat Stefy
“Tapi, gak usah..” Ucap Fendi terpotong
“Hey, Sudahlah tidak usah banyak ngomong.” Ucap Deva
“Iyah!” Ucap Fendi dan Stefy
Hari terus berlanjut, Devan telah mendaftarkan Deva untuk mengikuti lomba itu. Deva pun terus berlatih dan berlatih di bantu dengan sahabatnya Stefy dan Fendi. Namun, ada saja yang mengejek Deva saat berlatih siapa lagi kalau bukan Clara, Novi dan Nia. Mereka mengejek Deva dengan kata-kata yang menyakiti hati. Ejekan itu membuat Deva menjadi pesimis. Kaila dan Fendi selalu menyemangati Deva. Deva pun menjadi bangkit dan semangat.
“Okey, hari ini aku mau latihan dengan serius! Figthing! Jadi, aku harus mulai dari mana?” Tanya Deva
“Coba kamu latihan mengatur nafasmu dulu” Saran Fendi
“Gimana caranya?” Tanya Deva lagi
“dengar yahh.. saat menyanyi kamu harus mengambil nada rendah dulu” Ucap Stefy
“Ngerti-ngerti.. truss?” Tanya Deva
“Step kedua saat kamu tidak bisa mengambil nada tinggi perlahan angkat bahumu seperti ini” Ucap Stefy sambil mempraktikan
“Okey sip” Ucap Deva
“Sekarang coba kamu menyanyikan sebuah lagu” Pinta Fendi dan Stefy. Deva pun menyanyikan lagu berjudul ayah. Saking merdu suaranya Deva. Fendi dan Stefy menjadi terharu dan kedua sahabatnya bertepuk tangan. Fendi dan Stefy sudah yakin kalau Deva telah siap untuk mengikuti lomba pop singer.
Hari yang ditunggupun tiba. Lomba Pop Singer akan di mulai sebentar lagi. Deva berada di belakang panggung dengan jantung yang berdegub kencang Dug, Dug, Dug. Pada saat itu, tiba-tiba saja Clara menjadi baik, ia memberikan jus kepada Deva. Saat Deva meminum jus itu, suara Deva menjadi serak dan tak merdu lagi untuk bernyanyi. Padahal sebentar lagi penampilannya. Rupanya, Clara hanya berpura-pura baik. Clara hanya ingin Deva tidak bisa bernyanyi. Saat di panggung, Lagu pun diputar, Deva hanya bisa terdiam. Akhirnya, Deva di diskualifikasi. Tiba-tiba saja, Hp Deva bergetar Dr, dr, drr ada telepon dari Devan… Deva pun menjawab telepon itu.
“Assalamu a’laikum Dek, Cepat ke rumah sakit, cepat, cepat ada yang gawat” Ucap Devan dengan panik
“ekhem, khem Wa a’laikum salam, kak. Kenapa? Ada apa?” Tanya Deva dengan wajah yang kebingungan
“Dek, Bun, Bun, Bunda masuk rumah sakit!!” Ucap Devan
“Apa? Bunda masuk rumah sakit?!! Astagfirullah… Rumah sakit apa, kak?” Tanya Deva yang sama paniknya dengan Devan
“Rumah Sakit Undata!!! Deva, cepat!!” Ucap Devan. Tanpa pikir panjang segera Deva berlari mencari taksi untuk pergi ke Rumah Sakit
@Hospital_Undata
“Bunda, Bunda, Bunda kenapa?” Tanya Deva
“Bunda tak apa, sayang. Bagaimana dengan lombamu?” Tanya Bunda Deva dengan suara yang lembut
“Ma, ma, Maaf Bun. Deva telah di diskualifikasi” Ucap Deva dengan terbata-bata
“Tak apa, sayang. Bagi Bunda kamu sudah hebat! Cobalah bernyanyi untuk Bunda yang terakhir kalinya” Ucap Bunda Deva
“Apa maksud dengan perkataan, Bunda?” Tanya Deva dengan isak tangis
“Bernyanyi saja, sayang. Untuk Bunda” Ucap Bunda Deva. Deva hanya menangis. Kakaknya, Devan hanya bisa terdiam mendengar perkataan Bunda mereka.
Ku Buka Album Biru
Penuh Debu dan Kusam
Teringat Semua Cerita Orang
Tentang Riwayatku
Kata Mereka Diriku
Slalu di Manja
Kata Mereka Diriku
Slalu di Timang
Ohh, Bunda Ada dan Tiada Dirimu Kan
Selalu Ada di Dalam.. Hatiku…~
Itulah nyanyian Deva. Bunda Deva pun menghembuskan nafas terakhirnya.
“Bunda…!!! Jangan tinggalin, Deva” Ucap Deva dengan menangis. Air mata Deva terus saja mengalir. Deva baru mengetahui bahwa Ibunya mempunyai penyakit jantung. Esok harinya, Jazad Bunda Deva telah di kuburkan. Deva hanya bisa bersabar menerima semuanya dengan lapang dada. Apa yang telah terjadi dengannya. Itu semua adalah cobaan dari tuhan yang maha esa.
9 tahun kemudian. Kini Deva telah menjadi penyanyi terkenal karena ia mengikuti Indonesian Idol. Hidup Deva penuh kecukupan. Kakaknya Devan sedang fokus pada bisnis meubel. Sahabatnya, Stefy menjadi Model dan Fendi menjadi Dokter Umum. Sedangkan Clara menjadi baby sitter, Nia menjadi penjual kue, Novi menjadi pedagang sayur. Deva pun bahagia karena impiannya menjadi penyanyi terkenal tercapai dan iapun telah membanggakan alm. Bundanya.
sumber http://cerpenmu.com/cerpen-keluarga/the-last-song-for-mom.html
0 komentar:
Posting Komentar