Yap, sama seperti remaja pada umumnya yang mulai mengerti tentang perasaan itu. Termasuk gue. Kezia Putri, itulah nama gue. Gue adalah salah satu siswi SMA Citra Nusa. Sekarang gue udah kelas X. Di kelas ini gue mulai kenal sama beberapa anak yang menurut gue cocok buat jadi sahabat gue, namanya Vika dan Dira. Kalau gue udah ngobrol bareng mereka pasti udah lupa sama yang lainnya. Di kelas ini gue juga kenal sama cowok yang satu satunya bisa membuat gue ngerasain perasaan yang sebelumnya belum pernah gue rasain ke cowok-cowok lainnya, namanya Gio. Menurut gue dia anaknya asik, baik dan menarik. Gak heran kalau dia banyak yang naksir, mulai dari temen sekelas, anak kelas lain, bahkan sampai kakak kelas pun menaruh perhatian ke dia. Karena hal itu, sampai sekarang gue gak berani buat nunjukin rasa gue ke dia.
Gue mulai deket sama dia semenjak gue chatting lewat fb atau sekedar sms an sama dia. Tapi selain lewat fb dan sms gue gak pernah ngobrol lama sama dia, apalagi kalau di sekolah. Kadang gue Cuma ngeliatin doang dari jauh. Kasian banget ya gue..
Waktu pun terus berlalu, udah hampir satu tahun gue sekelas sama 2 sahabat gue dan Gio. Dan sebentar lagi, gue akan menghadapi ujian kenaikan kelas. Semua berlangsung sukses. Karena nilai gue, Vika, dan Dira yang terbilang bagus akhirnya saat masuk sekolah setelah liburan semester tepatnya saat pembagian kelas, gue, Vika dan Dira pindah kelas ke XI IPA 1. Sedangkan Gio pindah ke kelas XI IPS 2. Dengan kelas kita yang berbeda, gue harap gue bisa ngelupain perasaan gue ke Gio.
Namun, setelah beberapa bulan gue masih belum bisa ngelupain Gio, bahkan gue udah coba buat suka sama temen sekelas gue tapi gak bisa. Ternyata di hati gue emang masih ada Gio.
“Zia, gue pengen nanya sesuatu ke lo.” Kata Vika. Sebelumnya Vika gak pernah nanya se-serius ini. “lo pengin nanya apa?” kata gue. “sebenarnya, lo masih suka gak sih, sama Gio?”. Gue sedikit kaget dengernya. Emang dari dulu Vika sama Dira itu tau kalau gue suka sama Gio.. Gue pengin banget bisa bilang kalau gue masih suka sama Gio, tapi lebih baik kalau gue bilang gue udah gak ada perasaan ke gio. “gue udah gak suka lagi kok sama Gio.” Kata gue dengan berat hati. “emang kenapa?” sambung gue. “emm.. m.. em.. sebenernya akhir akhir ini gue mulai suka sama Gio.” Kata Vika. Gue sama Dira langsung kaget dengernya. Vika itu jarang banget bilang ke gue sama Dira kalau dia lagi suka sama seseorang. “serius lo?” kata dira. “emang aneh ya, kalau gue bisa suka sama Gio?” kata Vika. “gak, kok.. gak apa apa!” kata gue. Gue langsung bingung, gue suka sama orang yang disukai sama sahabat gue sendiri. Gue harus ngelupain Gio demi sahabat gue.
Lama lama gue mulai coba buat lupain Gio, tapi susah banget. Dan akhirnya, hari hari gue mulai dihiasi rasa galau. “kenapa, Zia? Lo keliatannya galau, gitu.” Kata Dira. Gue udah ga ktahan buat memendam rasa ini sendirian, gue pun coba buat berani cerita ke Dira.
“ra, lo jangan cerita ya masalah ini ke Vika. Sebenernya, gue masih suka sama Gio. Gue udah coba buat lupain dia, tapi susah banget.” kata gue. Dira sedikit kaget dengernya. “tapi kenapa lo bilang ke Vika kalau lo udah gak suka lagi sama Gio?” kata Vika. “lo kan tau, Vika itu jarang cerita kaya gitu ke kita, jadi gue gak mau sakitin hati dia.” kata gue. “iya, gue tau. Tapi kalau kaya gini caranya sama aja lo udah sakitin hati lo sendiri.” kata Dira. “Sekarang gue mau lo cerita yang sebenarnya ke Vika!” kata Dira. “tapi, ra..” kata gue sedikit mengelak. “kita kan sahabat, lo gak mau kan persahabatan kita ancur Cuma gara gara ada yang ditutup-tutupi dari kita?” kata Dira. Gue Cuma terdiam denger kata kata Dira. Tanpa panjang lebar, Dira langsung tarik tangan Vika keluar kelas. Gue Cuma bisa perhatiin dari balik jendela.
“ka, gue mohon lo jangan marah sama Kezia. lo jangan salah paham sama dia, ya!” kata Dira. “emang ada apa sih?” kata Vika. “sebenernya.. kezia masih suka sama Gio.” Kata Dira dengan suara lirih. Spontan raut muka Vika berubah. “kenapa dia gak terus terang?” tanya Vika. “dia Cuma gak mau sakitin hati lo.” Kata Dira.
Setelah Vika mendengar jawaban Dira, Vika langsung masuk ke kelas menemui gue. “Zia, gue mau minta maaf karena gue udah buat lo jadi sedih kaya gini. Tenang aja, Zia, gue bakal jauhin Gio, kok!” kata Vika. “lo gak boleh gitu, gue mau lo tetep pertahankan hubungan lo sama Gio, ya?” kata gue. “tapi gimana dengan lo?” tanya vika ke gue. “gak usah pikirin perasaan gue. Lo tetep sama Gio aja udah cukup bikin gue seneng.” Kata gue disertai sedikit senyuman. “Lo tetep sama Gio demi gue, oke?” kata gue. “kalau itu yang lo mau, gue bakal lakuin.” Kata Vika.
Setelah kejadian itu, hati gue ngerasa lebih lega rasanya udah bisa terus terang sama Vika, dan sekarang gue udah bener-bener lupain Gio. Sebulan kemudian, Vika sama Gio jadian. “selamat ya, ka!” kata gue. “selamat ya, ka! Moga langgeng deh.” Kata Dira. “Oiya, ra. Gue mau bilang terima kasih ke lo karena lo udah bikin gue jujur sama Vika.” Kata gue. “kita kan sahabat.. hehehe…” kata dira. Coba aja waktu itu gue gak bisa ngalahin rasa ego gue, pasti kejadiannya gak kaya gini. Persahabatan gue makin erat, dan gak ada yang harus ditutup-tutupin lagi..
Sekilas Info:
Bagi para pembaca, apabila anda mengganggap cerpen/kisah ini adalah kisah pribadi si Penulis, berarti anda salah besar.
“cerita ini hanyalah fiktif belaka. Apabila ada kesamaan nama, waktu, dan kejadian merupakan kesalahan yang tidak disengaja.”
sumber disini
0 komentar:
Posting Komentar