Gadis Berambut Panjang
Gadis
berambut panjang adalah cerita yang berasal dari Desa Air Liki, Dusun
Renah Kepayang, Kecamatan Tabir Ulu, Kabupaten Merangin. Cerita ini juga
sudah berkembang di daerah lain di Kabupaten Merangin.
Bukti
fisik berupa rambut panjang tersebut masih dapat ditemukan hingga
sekarang. Rambut ini disimpan dan dirawat oleh Rosdiana, keturunan ke
sembilan dari pemilik asli rambut panjang tersebut. Rambut itu sendiri
sendiri memiliki panjang ±2.5 meter. Rambut panjang tersebut berbentuk
jalinan dan besarnya ± dua jari orang dewasa. Pada bagian ujung rambut
tersebut terbentuk sebuah rongga. Menurut ahli waris, rongga tersebut
merupakan tempat bersarangnya seekor lipan putih penjaga Si Kusuk.
Keunikan lain dari rambut tersebut ialah tidak diketahuinya bagian awal
dan akhir jalinan rambut tersebut. Namun, bagian pangkal dan ujung
rambut masih dapat diketahui. Bagi keturunan Si Kusuk, rambut tersebut
juga dinamakan dengan Sarang Tampuo.
Pemilik
rambut panjang tersebut bernama Si Kusuk. Ia berasal dari daerah Muaro
Lolo, Kabupaten Kerinci. Ia adalah seorang perempuan yang unik. Selain
berciri fisik seperti laki-laki, yakni bertubuh tinggi besar, Si Kusuk
hanya mempunyai satu buah payudara yang terletak di bagian tengah
dadanya. Rambut panjang Si Kusuk hanya tumbuh di bagian ubun-ubunnya.
Sementara pada bagian kepala yang lain hanya ditumbuhi oleh rambut
layaknya pada manusia biasa. Konon, rambut itulah sumber kesaktiannya.
Rambut yang panjang tersebut digulung dan dikonde. Untuk penguncinya,
tusuk konde, ia menggunakan sebuah pisau. Si Kusuk berangkat dari Muaro
Lolo dengan membawa enam orang pengawal. Keenam pengawalnya tidak
mengetahui bahwa Si Kusuk sebenarnya adalah seorang perempuan.
Sebaliknya, mereka menyangka bahwa tuan mereka adalah seorang laki-laki.
Sesampainya di Desa Air Liki, Si Kusuk memutuskan untuk berdiam di
sana.
Pada
malam harinya, Si Kusuk mengadakan pertemuan dengan keenam pengawalnya.
Ia ingin mengetahu tingkatan usia mereka. Setelah diketahui, akhirnya
Si Kusuk membeberkan jati dirinya yang sebenarnya. Setelah itu, ia
menyampaikan niatnya untuk menikahi pengawalnya yang berusia paling tua.
Dan mereka pun menikah.
Pada
malam setelah pernikahan mereka sudah tidur bersama dalam satu kamar.
Akan tetapi, pagi harinya diketahui ternyata suami Si Kusuk sudah
meninggal dunia. Setelah dikuburkan, Si Kusuk menikah lagi dengan
pengawalnya yang tersisa yang usianya paling tua di antara mereka. Akan
tetapi, kejadian serupa suami yang pertama terjadi lagi. Suami ke dua Si
Kusuk ditemukan meninggal pada pagi setelah hari pernikahan. Hal itu
terus berulang hingga lima dari enam orang pengawal Si Kusuk telah
meninggal setelah dinikahinya.
Sampailah
akhirnya giliran pengawalnya yang terakhir. Akhirnya mereka pun
menikah. Pengawal Si Kusuk yang terakhir ini sudah menyimpan kecurigaan
tentang peristiwa kematian kelima kawan-kawannya yang sebelumnya
dinikahi oleh Si Kusuk.
Pada
malam hari setelah menikah, ia tidak langsung masuk ke kamar. Ia
pura-pura bekerja menganyam, membuat lukah dari rotan. Ketika Si Kusuk
sudah tidur, ia pun menuju kamar. Sesampai di dalam kamar, ia melihat
ada seekor lipan putih yang menjalar di badan Si Kusuk. Ia pun segera
mengambil kayu untuk membunuh lipan tersebut. Namun, sesaat sebelum
dipukul Si Kusuk bangun dan langsung melarangnya membunuh lipan
tersebut. Sebagai gantinya, Si Kusuk memberikan obat penawar apabila
digigit oleh lipan tersebut. Atas permintaan Si Kusuk, suaminya tidak
jadi membunuh lipan tersebut. Akhirnya, mereka pun berhasil memperoleh
keturunan. Hingga suatu saat Si Kusuk merasa bahwa waktunya di dunia ini
sudah berakhir, ia pun mengumpulkan anggota keluarganya dan menjelaskan
perihal tersebut. Sebelum meninggal, ia memotong sendiri rambut yang
panjang tersebut karena memang hanya dia yang bisa memotong rambut
tersebut. Setelah rambut itu dipotong barulah ia meninggal dunia.
Setelah
Si Kusuk meninggal, rambut sekaligus pisau yang digunakan sebagai
penguncinya disimpan oleh keluarganya di dalam sebuah kotak dan
diletakkan di bubungan bagian atas rumah. Setiap lebaran Idulfitri,
keluarga Si Kusuk membersihkannya dengan cara dilimaukan, yaitu
mencucinya dengan menggunakan beberapa jenis kembang yang dicampur
dengan jeruk nipis.
Ada
beberapa kejadian unik yang dialami oleh keturunan Si Kusuk sehubungan
dengan rambut tersebut. Di dekat rumah mereka ada pohon durian yang
hampir jatuh. Melihat kemiringannya, apabila pohon tersebut jatuh
niscaya menimpa rumah mereka. Akhirnya mereka bersepakat untuk
mengeluarkan seluruh isi rumah agar tidak hancur tertipa runtuhan
pohohn. Namun, rambut panjang tetap ditinggalkan di rumah tersebut.
Alasan mereka meninggalkan rambut tersebut adalah sebagai sebuah
pengujian apakah rambut tersebut juga memiliki kesaktian meskipun
pemiliknya sudah meninggal. Ternyata memang muncul sebuah keanehan,
pohon durian yang semula dipastikan bakal menimpa rumah tersebut
ternyata jatuhnya tidak mengenai rumah tersebut. Keanehan lain dari
rambut tersebut adalah ketika rambut tersebut dipamerkan dalam ajang
pameran di Kota Jambi. Ternyata kakak Pak Said, seorang keturunan Si
Kusuk, orang yang membawa rambut tersebut, jatuh sakit dan akhirnya
meninggal dengan penyakit yang tidak diketahui. Menurut Pak Said, korban
meninggal dengan kondisi seluruh tubuh membengkak. Sementara itu, orang
yang satu lagi mengalami kelainan jiwa, namun akhirnya berhasil diobati
oleh paranormal.paranormal tersebut mengatakan bahwa penyebab keadaan
orang tersebut adalah akibat membawa untuk memamerkan rambut tersebut
tanpa disetujui secara ikhlas oleh seluruh keturunan Si Kusuk.
Pisau
yang digunakan sebagai pasak rambut panjang itu juga memiliki keanehan.
Pernah suatu kali pisau tersebut dijual oleh salah seorang anggota
keluarga. Namun, tidak berapa lama pisau tersebut sudah ditemukan
kembali di dalam peti tempat rambut panjang itu disimpan. Keanehan lain
adalah pada saat seorang lagi keturunan Si Kusuk tertarik untuk memakai
pisau tersebut. Maka ia membuatkan sarung untuk pisau tersebut lengkap
dengan kopelnya untuk dililitkan di pinggang. Namun, tidak berapa lama
setelah pisau itu dibawa, bagian pinggang orang tersebut terkena
penyakit semacam koreng yang menyebabkan ia meninggal dunia. Keanehan
ketiga yang mereka alami sehubungan dengan pisau tersebut adalah saat
Pak Said mengantarkan kakaknya menemui penghulu kampung. Kakaknya
tersebut sedang berada dalam masalah karena telah melarikan anak gadis
orang untuk diajak menikah sehingga keluarga dan kerabat gadis tersebut
berniat mencari dan mencelakakan kakaknya. Namun, Pak Said memberanikan
diri membantu kakaknya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Sebelum
berangkat ia tidak lupa membawa pisau tersebut. Selama diperjalanan,
ternyata mereka tidak berhasil ditemukan oleh orang yang mencari
kakaknya dan meskipun jalan yang mereka lalui banyak terdapat serangga,
namun mereka tidak digigit oleh seekor serangga pun.
Sumber disini
0 komentar:
Posting Komentar